Mayoritas Bek Tua, Ini Alasan MengapaLini Belakang Bali United Tangguh di BRI Liga 1
Bola.com, Denpasar - Di BRI Liga 1 2021/2022, Bali United menjadi tim paling sedikit kebobolan ketiga. Mereka musim lalu kebobolan 26 gol. Persib Bandung sendiri menghuni peringkat pertama klub dengan jumlah kebobolan minim dengan 22 gol.
Sedangkan Arema FC berada di urutan kedua dengan 25 kali kebobolan. Dengan 26 kali kebobolan, sebenarnya bukan hal yang mengecewakan. Justru sebaliknya, ada catatan tersendiri yang dimiliki Bali United.
Sejak Liga 1 2019, pemain belakang Bali United sudah mendekati kepala tiga. Yang paling senior jelas Leonard Tupamahu. Lalu ada Gunawan Dwi Cahyo dan Dias Angga Putra.
Di penjaga gawang Wawan Hendrawan menjadi pemain paling tua. Bek paling muda adalah I Gede AGus Mahendra. Tahun ini dia baru menginjak usia 20 tahun. Namun dia baru dimainkan satu kali saat pekan terakhir menghadapi Persik Kediri.
Melihat musim lalu, ada dua bek tengah yang cukup konsisten bermain. Mereka adalah Leonard Tupamahu dan Willian Pacheco. Leo bermain dalam 29 pertandingan, sedangkan Pacheco dalam 30 pertandingan.
Semua pemain belakang Bali United bisa dikatakan cukup kompak. Meskipun sempat terjadi intrik yang melibatkan Willian Pacheco dan Wawan Hendrawan saat menghadapi PSM Makassar di putaran pertama BRI Liga 1 musim lalu.
Solid
Kuncinya adalah tidak banyak perombakan di lini belakang. Bukannya hilang, tapi justru ada penambahan pemain musim lalu. Misalnya kehadiran Reuben Silitonga, Eky Taufik, dan Abduh Lestaluhu yang dipinjamkan dari Persis Solo.
Pacheco pun mengakui jika kekompakan menjadi kunci utama rapatnya lini belakang Serdadu Tridatu.
"Ketika kami sudah main satu atau dua tahun bersama, pasti ada chemistry lebih bagus," ucap bek tengah asal Brasil ini.
Musim lalu, Pacheco memang lebih sering berduet dengan Leo. Tapi sesekali dia bertandem dengan Haudi Abdillah. Saling memuji satu sama lain juga menjadi faktor mengapa lini belakang Bali United konsisten trengginas dalam dua musim terakhir.
“Mereka dua pemain yang bagus. Banyak bantu dalam pertandingan. Kami juga kerja dalam latihan agar tidak kebobolan. Ketika pertandingan selesai dan tidak kebobolan, pasti lini belakang bermain bagus,” terangnya.
Kekeluargaan di dalam tubuh Bali United juga jadi faktor penting.
“Di sistem ini, seperti keluarga. Tentu kami harus saling bantu dalam keluarga untuk bisa bermain bagus dan mendapat hasil maksimal,” tuturnya.
Bek Sayap
Jangan lupakan juga peran dari pemain lain. Misalnya I Made Andhika Wijaya dan Ricky Fajrin. Dua bek sayap ini tampil konsisten musim lalu.
Andhika misalnya. Dia mampu belajar dari kesalahan saat Piala Menpora 2021. Saat itu, anak kandung mantan Asisten Pelatih Arema Cronus I Made Pasek Wijaya tersebut mendapat dua kartu merah dalam empat pertandingan yang dijalani Bali United.
Musim lalu, dia akhirnya hanya meraih dua kartu kuning dan sudah mulai lebih tenang dalam bermain. Lalu ada Ricky Fajrin di bek kiri. Setiap tahun, permainannya selalu konsisten. Dia adalah tipikal bek sayap yang cukup efektif.
Dia tahu kapan harus melakukan dribble dan melepas umpan silang serta turun membantu pertahanan. Berkat konsistennya tersebut dia berhasil mencatatkan dua gol dan lima assist musim lalu untuk Bali United.